Minggu, 01 Desember 2013

Profil Sukanto Tanoto (pengusaha)

Sukanto Tanoto yang terlahir dengan nama Tan Kang Hoo merupakan seorang pengusaha atau konglomerat sukses asal Indonesia yang pada tahun 2006 di tasbihkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya di Indonesia, ia memimpin perusahaan yang bernama PT Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura yang usahanya di berbagai sektor terutama disektor kertas dan kelapa sawit sehingga Sukanto Tanoto dijuluki sebagai Si Raja Kertas dan Kelapa Sawit. Ia merupakan salah satu pengusaha yang berhasil berinvestasi di lebih dari sepuluh negara di Dunia. Sukanto Tanoto dilahirkan di Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949. Ia mengenyam pendidikan SD di Belawan pada tahun 1960 dan kemudian Masuk SMP di medan pada tahun 1963. Pada usia 12 tahun Sukanto Tanoto sudah gemar membaca apa saja, termasuk buku tentang revolusi Amerika dan Perang Dunia


Sukanto Tanoto mengaku sosoknya mirip ibunya yaitu tegas dan keras. Pernah suatu ketika Sukanto kecil ngeluyur pergi ke tepi laut. Waktu pulang, ditanya oleh ibunya, jawabnya mengarang-ngarang, Sukanto kecil dipukuli pakai rotan. “Saya paling banyak makan rotan,” kenangnya tentang sosok sang ibu. Tapi, dengan sifat keras dan tegas, termasuk dalam hal berbisnis, ia bisa menjadi salah seorang pengusaha papan atas Indonesia, memimpin sejumlah perusahaan di bawah grup Raja Garuda Mas Internasional. Sukanto Tanoto bercita-cita jadi dokter. “Kalau dulu saya meneruskan ke fakultas kedokteran, saya jadi dokter,” ujarnya. Karena obsesi itulah, sampai 1973-1974, ia masih senang pakai nama dokter Sukanto. Tapi, saat baru 18 tahun, ayahnya, Amin Tanoto, sakit stroke. Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga: meneruskan usaha orangtua berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil. Pekerjaan yang tak asing baginya karena sepulang sekolah ia biasa membantu orangtuanya sambil membaca buku. Dan, dari situ Sukanto alias Tan Kang Hoo pertama kali belajar keterampilan bisnis, termasuk menerima kenyataan dan tidak menyerah dalam keadaan apa pun, serta mencari solusi.

Pindah dari kota kelahirannya, Belawan, Sumatra Utara, ke Medan, ia juga berdagang onderdil mobil, lalu mengubah usaha itu menjadi general contractor & supplier. Suatu ketika, datang Sjam, seorang pejabat Pertamina dari Aceh. “Waktu itu saya tidak tahu kalau dia pejabat,” kenang Sukanto. Ditawari kerja sama pekerjaan kontraktor, “Ya, mau-mau saja, wong saya masih muda,” ujarnya. Tak disia-diakan kesempatan itu, di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, Sukanto membangun rumah, memasang AC, pipa, traktor, dan membuat lapangan golf di Prapat. “Itulah technical school saya,” katanya. Untuk mencari bahan bangunan, ia sampai pergi Sumbawa, Lampung, pada usia 20 tahun.

Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. “Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor kayu lapis” ujarnya. “Saya itu pioner,” katanya. Di saat orang lain belum membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama Eropa, Inggris, dan Timur Tengah.

“Strategy competition saya itu satu dua step sebelum orang mengerjakannya,” ungkapnya. Ketika belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.

“Setelah itu baru kita bikin Indorayon,” tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh limbah pulp. Akibatnya, IIU sempat ditutup.

Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di Riau,” ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001. Di sekitar pabriknya, bersama lembaga swadaya masyarakat, Sukanto membuat program community development untuk penduduk setempat. “Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan,” tuturnya. Antara lain, program community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. “Mimpi saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang,” katanya lagi.

Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp). Sejak 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di arena global,

 minimal di Asia. Tujuan utamanya, menurut dia, “Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.”

Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur menghadapi krisis. “Yang mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu survive, pada First World War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu melewati krisis 1930. Bagaimana pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim, ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil,” tuturnya. “Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru,” katanya lagi.

Sampai sekarang Sukanto masih hobi baca buku. Buku apa saja, baik yang bisnis maupun nonbisnis. “Setiap saya pergi, saya bawa buku,” katanya. “Kalau naik travel, kalau tidak tidur, ya, baca,” katanya lagi. Manfaatnya, menurut dia, selain untuk update pengetahuan, juga membantu sekali dalam binis dan kegiatan sosial sehari-hari. Satu lagi, pria yang menguasai dua bahasa asing, Cina dan Inggris, ini senang belajar. Ia pernah mengikuti kursus di Insead, Paris, di MIT, di samping tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan Pemibinaan Manajemen, Jakarta. Sampai sekarang pun ia kadang mengambil cuti untuk mengikuti kursus pendek. “Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi,” katanya. Dua-tiga minggu ia cuti untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk meng-update pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program, Amerika, selama enam bulan, untuk belajar dotcom.

Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat,” katanya. “Kedua, kalau saya tidak tahu, saya tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan kegagalan saya,” ujarnya lagi.
Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan sebagai suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan terhadap pentingnya suatu action. “Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur,” ujar pengagum pengusaha plastik dari Taiwan, Wai-Sze Wang, ini. “Tidak ada proteksi. Bisnis, ya, bisnis,” katanya.

Baginya bisnis adalah mengembangkan sumberdaya yang ada, responsif terhadap sesuatu hal, konsisten dan bertanggung jawab untuk kehidupan yang lebih baik. Prinsip dan nilai yang ia junjung kuat antara lain "Continous Improvement", dimana harus terus berinovasi dan berimprovisasi dalam mengembangkan produktivitas, dengan. Waktu yang lebih cepat, kualitas lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Ada beberapa hal lain yang ia pegang teguh, juga yakni "Hand on/down to earh" dimana sikap adalah tindakan nyata kita. "Janganlah menghabiskan waktu sia-sia, lakukan dengan selalu mendengarkan serta terlibat di dalamnya", ujarnya pada Tionghoanews.con. Integrity, yaitu menjungjung tinggi nilai kejujuran dan accountability. Teamwork, bergerak maju sebagai sebuah tim yang saling melengkapi untuk ke arah kemajuan bersama sesuai dengan tujuan awal. Selanjutnya adalah memaknai people, planet, profit, yakni apapun usaha yang dilakukan, pertama adalah untuk memakmurkan masyarakat, untuk kelestarian dunia dan juga tidak terlepas pada laba yang akan diperoleh.

Biografi, Sukanto Tanoto, Pengusaha Sukses Indonesia

Hingga kini Pt. Raya Garuda Mas telah mengantongi izin Internasional dan bermarkas di Singapore. Ia mengambarkan bahwa bisnis yang dijalankan harus yang berkaitan dengan kehidupan, seperti pohon. Apa yang dibutuhkan pohon yakni berupa H2O dan CO2, sebgai output-nya O2. Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil yang diskriminatif terhadap ras yang mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada di garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari krisis yang terjadi di Indonesia.

Catatan kekayaan Sukanto Tanoto bersihnya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS dengan menduduki peringkat 5 sebagai orang terkaya di Indonesia dan menduduki peringkat 418 sebagai orang terkaya di Dunia versi majalah Forbes tahun 2012 yang lalu. Pria yang kini bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar AS. Suaknto Tanoto Menikah dengan Tinah Bingei Tanoto dan memiliki empat orang anak. Ia suka mendengarkan musik klasik yang ringan

Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com/2013/06/biografi-sukanto-tanoto-pengusaha.html

Jumat, 16 Maret 2012

Pelanggaran Hak Cipta Lagu "Bongk"

DALAM urusan bajak-membajak karya seni, musisi Indonesia dan India tampaknya punya kesepakatan "di bawah tangan". Dulu, para musisi dan sineas Indonesia, sering dituding menjiplak lagu-lagu dan film India. Beberapa judul lagu dangdut yang pernah jadi hit dan sejumlah film-khususnya sinetron, konon merupakan hasil "adaptasi tak resmi" dari lagu-lagu dan film India.
Nah, seperti ingin "membalas", kini giliran musisi India yang getol menjiplak lagu-lagu ciptaan musisi Indonesia. Tahun lalu kita pernah mendengar heboh lagu "Tak Bisakah"-nya Peterpan yang dijiplak "meleg-meleg" oleh komposer India, Pritam. lagu jiplakan itu diberi judul "Kya Mujhe Pyar Hai" dan menjadi soundtrack film "Woh Lamhe". Hebatnya lagi, lagu "Kya Mujhe Pyar Hai" yang dibuatkan juga versi remix-nya begitu popular di India dan menduduki puncak tangga lagu cukup lama. Meski kemudian persoalan itu, konon bisa diselesaikan secara baik lewat pendekatan kekeluargaan oleh Musica Studio, sebagai label yang memproduseri lagu "Tak Bisakah".
Rupanya, kejadian serupa berulang. Pada September 2008 lalu, seiring dengan masuknya lagu-lagu dan film baru keluaran Bollywood - pusat industri perfilman India - ke Indonesia (tentu saja lewat produk bajakan), kuping pendengar musik di tanah air kembali mendapat suguhan lagu yang secara lirik berbahasa Hindi, tetapi aransemen lagunya begitu familiar di benak pencinta musik tanah air. Ya, ternyata itu adalah lagu "Bongkar" milik sang legenda Indonesia, Iwan Fals. lagu "Bongkar" versi India itu diberi judul "Oya Oya" dan menjadi soundtrack film "Horn Ok Pleasss".
Instrumen intro dan reffrain dalam "Oya Oya" sangat mirip dengan "Bongkar". Jika pun ada perbedaan, hanya beberapa bagian saja di tengah-tengah lagu dan tentu saja liriknya. Di salah satu stasiun radio di Bandung yang secara khusus memutar lagu-lagu Bollywood, lagu "Oya Oya" banyak di-request pemirsa. Uniknya, yang menyanyikan lagu "Oya Oya" adalah orang yang sama dengan penyanyi lagu "Kya Mujhe Pyar Hai", yakni Kay Kay.
Dalam kasus penjiplakan lagu "Tak Bisakah" milik Peterpan menjadi "Kya Mujhe Pyar Hai", ada satu tulisan menarik di situs Bollyvista.com. Tulisan itu sebenarnya berisi review atas album soundtrack film "Woh Lamhe" yang berisi lima judul lagu dan terbagi dalam delapan track, termasuk lagu "Kya Mujhe Pyar Hai" yang dijiplak dari "Tak Bisakah"-nya Peterpan. Pada awal tulisan, Pritam sang komposer lagu dipuji-puji karena lagu-lagunya enak dan mencapai hit. Tapi, kemudian dikecam karena lagu-lagu tersebut bukan murni hasil kreasi Pritam. Tak hanya menjiplak lagu Peterpan, empat lagu lainnya juga ternyata diadaptasi dari lagu-lagu hit sejumlah penyanyi Pakistan. Di akhir tulisan disebutkan, jika Pritam masih terus melanjutkan pekerjaannya dalam mencipta lagu, tak lama lagi ia akan mendapat anugerah sebagai "raja plagiat" tak terbantahkan.
Tampak jelas, orang India sendiri begitu nyinyir atas tindakan plagiatisme dan pembajakan karya cipta yang dilakukan musisinya. Justru yang lucu adalah komentar penyiar stasiun radio di Bandung, saat memberi pengantar mengenai lagu "Oya Oya" yang dijiplak dari lagu "Bongkar". Terkesan menggampangkan masalah. "Ya, mudah-mudahan saja tidak diributkan seperti lagunya Peterpan. Apalagi, lagu-lagu dangdut kita juga banyak yang berasal dari India," begitulah kira-kira komentar sang penyiar. Apakah ini sekadar canda atau gambaran orang putus asa? 

Sumber : sidikjarikonsep.multiply.com/journal/item/9?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Tanggapan : Menurut saya dalam menyigapi masalah jimplak menjiplak dalam sebuah lagu haruslah diselsaikan dengan kepala dingin.  mungkin saja kesamaan lagu tersebut tidak disengaja keberadaannya . secara tangga nada hanya 7 nada,itu tidak menutup kemungkinan setiap lagu memiliki kesamaan. namun apabila diselidiki dan ada kejanggalah dalam satu diantara kedua lagu itu jalan yang paling pantas ditempuh adalah jalur hukum.

Sabtu, 29 Oktober 2011

MAKNA DARI LAGU TANAH AIRKU

Lagu tanah air ku yang diciptakan oleh ibu Sud memiliki makna yang sangat luas, makna tersebut yang pastinya berisikan tentang kecintaan beliau terhadap negara republik indonesia ini. pada lagu ini ibu sud ingin meberitahukan bahwa tanah air indonesia merupakan tanah air yang sangat iya cintai selama hidupnya. walaupun beliau akan pergi jauh tanah air indonesia tidak akan pernah terlupakan dan akan selalu ada di hati beliau sebagai suatu kebanggaan tersendiri. dan dilirik itu beliau menyampaikan begitu besarnya ia mengharagai negara ini. Pada lirik selanjutnya beliau bercerita bahwa selama perantauannya kemancan negara namun tak ada yang bisa membuatnya senyaman berada dikampung halamannya sendiri yaitu indonesia. dia pun berkata bahwa negara indonesia sudah seperti rumah sendiri, itu menandakan indonesia dapat membuat beliau nyaman seperti berada dirumah aslinya. pada lirik terakhir ia mengutarakan rasa bangganya terhadap negara indonesia tercinta ini dan beliau berjanji tidak akan melupakannya.

Jumat, 28 Oktober 2011

Sejarah laut bitung

Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan Tundu'an atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong. Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang-orang yang ada di Sumatera. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu Tumani Bitung, mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea.
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan.
Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa Utara sekarang) yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema.
Seiring dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975 Bitung diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di Indonesia.

Geografi

Kota Bitung terletak pada posisi geografis di antara 1o23'23"-1o35'39"LU dan 125o1'43"-125o18'13"BT dan luas wilayah daratan 304 km2.




Sumber: http://www.ask.com/web?qsrc=1&o=15185&l=dis&q=sejarah+laut+indonesia






































































Selasa, 04 Oktober 2011

Tawuran Antar Geng BMX

Tawuran antar geng kembali terjadi. Kali ini di Probolinggo, Jawa Timur tawuran melibatkan 2 geng sepeda BMX. Beruntung aksi ini segera diketahui polisi hingga tawuran tidak berakibat fatal. Meski demikian belasan anggota geng yang rata - rata masih berusia belasan tahun diamankan ke Mapolres Probolinggo. Tawuran antar geng sepeda BMX ini terjadi di Alun - Alun Probolinggo, Jawa Timur. Pelaku yang rata - rata angotanya masih pelajar dan berumur belasan tahun ini kemudian diamankan ke Mapolres setempat. Tawuran ini tidak sempat meluas karena diketahui polisi lebih dini. Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam tawuran itu. Selain menangkap belasan anggota geng polisi juga mengamankan puluhan sepeda BMX yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya.
Belasan anggota geng tersebut langsung digeledah dan didata. Hingga saat ini pemicu tawuran masih simpang siur, namun diduga tawuran ini terjadi karena persaingan dan adu gengsi antar sesama anggota geng. Menurut Kabag Binamitra Kompol Bambang Sumarjono, untuk sementara mereka yang diamankan akan mendapat pembinaan didampingi orangtuanya. Sementara yang terbukti melakukan tindak pidana akan diproses sesuai Undang - Undang yang berlaku.

Why= Mengapa tawuran ini terjadi?Hingga saat ini pemicu tawuran masih simpang siur, namun diduga tawuran ini terjadi karena persaingan dan adu gengsi antar sesama anggota geng.

Where= Dimana tawuran ini terjadi? Tawuran antar geng sepeda BMX ini terjadi di Alun - Alun Probolinggo, Jawa Timur.

Who= Siapa saja yang terlibat dalam tawuran? tawuran melibatkan 2 geng sepeda BMX., rata-rata anggota geng tersebut masih berumur belasan tahun

What= apa yang melatar belakangi terjadinya tawuran? diduga tawuran ini terjadi karena persaingan dan adu gengsi antar sesama anggota geng.


When= Kapan tawuran tersebut terjadi? tanggal 22 Januari 2006 pukul 20.30

How= Bagaimana kronologis tawuran tersebut? diduga tawuran ini terjadi karena persaingan dan adu gengsi antar sesama anggota geng.Tawuran ini tidak sempat meluas karena diketahui polisi lebih dini. Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam tawuran itu. Selain menangkap belasan anggota geng polisi juga mengamankan puluhan sepeda BMX yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya.

 Sumber: http://www.indosiar.com/patroli/74205/tawuran-antar-geng-sepeda-bmx

club motor tiger



Seiring dengan perkembangan dunia otomotif, khusunya roda 2 (motor). Makin bertambahnya jumlah kendaraan Motor (bebek dan sport) dan tidak di imbangi dengan lebar jalan. Dan secara langsung menambah kemacetan di kota besar, khususnya di Jakarta. Seiring dengan hal tersebut, makin banyak nya club atau komunitas motor bermunculan di Jakarta. Era 90 an mungkin masih bisa di hitung jumlah nya, namun sekarang berkembang dengan pesat. Mereka ada berlabel satu merek atau jenis atau campuran, ada yang classic atau sebalikya. Khusunya club Tiger, mungkian sudah berjalan 1 dekade lebih (10 tahun ). Dijakarta muncul sekitar tahun 1996 an..dan dari tahun ke tahun makin bertambah club Motor Tiger. Seiiring dengan perkembangannya, jumlah clob motor tiger bertambah di antara club/komunitas merek lain. Sampai sekarang, dengan semakin pesatnya tiap-tiap merek mengeluarkan jenis motor barunya.,,Honda Tiger masih tetap exist.

Sumber:  http://batara-hondatiger.blogspot.com/2008/02/semakin-menjamurnya-clubkomunitas-motor.html

Minggu, 03 April 2011

Biograpi herculles tanah abang


Hercules Rosario Marshal adalah nama aslinya… ia ternyata merupakan seorang pejuang yang pro terhadap NKRI ketika terjadi ketegangan Timor-timur sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Maka tak salah jika sosoknya yang begitu berkarisma ia dipercaya memegang logistik oleh KOPASUS ketika menggelar operasi di Tim-tim. Namun nasib lain hinggap pada dirinya, musibah yang dialaminya di Tim-tim kala itu memaksa dirinya menjalani perawatan intensif di RSPAD Jakarta.

Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi Hercules yang di kenal sampai sekarang, ia jalani. Hidup di Jakarta tepatnya di daerah Tanah Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah Hitam’, seperti diungkapkan Hercules daerah itu disebutnya sebagai daerah yang tak bertuan, bahkan setiap malamnya kerap terjadi pembacokan dan perkelahian antar preman.

Hampir setiap malam pertarungan demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa menyerang,” ungkapnya

Rasanya tidak percaya Hercules preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan.

Tapi setiap kali nama Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.

Belum lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.

Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Pernah suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU, tapi ternyata tak kunjung tewas. Bahkan suatu ketika, dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui Dalam.

Ternyata, di balik sosok yang menyeramkan ini, ada sisi lain yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran, ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban. Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban kebakaran. Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat. Bahkan juga bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan. “Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu penting,” ujar ayah tiga anak ini.

Maka jangan kaget jika Hercules menyekolahkan ketiga anaknya di sebuah sekolah internasional yang relatif uang sekolahnya mahal. Bukan Cuma itu, ketika Lembaga Pendidikan Kesekretarisan Saint Mary menghadapi masalah, Hercules ikut andil menyelesaikannya, termasuk menyuntikan modal agar lembaga pendidikan itu bisa terus berjalan dan berkembang.
Hercules pun aktif duduk sebagai salah satu pimpinan di situ.

Walau bertahun-tahun mengembara di negeri orang, tapi sosok Hercules tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Timor Leste. Hal ini terlihat jelas saat sejumlah armada Koran ini bertandang ke kediamannya yang terletak daerah Kebun Jeruk, Jakarta, pada medio Juni 2004. Kedatangan armada STL yang dikomandoi Godinho Barros, yang tidak lain adalah saudara sepupu Hercules diterima dengan penuh kekeluargaan.

Sumber : http://bpn16.wordpress.com/2010/09/12/hercules-preman-tanah-abang/